Koneksi Antar Materi Modul 3.3. Pengelolaan Program Berdampak Positif Pada Murid

  


KONEKSI ANTAR  MATERI MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Oleh: Muh. Minan, M.Pd


Pada saat belajar Modul 3.3. ini saya mendapatkan setidaknya  ada dua  hal menarik yang dari modul ini, diantaranya adalah tentang MELR : Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (monitoring, evaluasi, pembelajaran, dan pelaporan) dan manajemen resiko. Kedua materi tersebut dapat dijadikan sebagai tools atau titik tumpu untuk mengelola suatu pogram sekolah yang berdampak pada murid. 

Saya merasa senang sekali telah ikut belajar modul ini, karena saya mendapatkan ilmu baru tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Saya pribadi selama mengajar memang sedikit banyak telah turut membantu dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, akan tetapi saya masih kurang menyadari akan hal itu. Namun setelah saya mempelajari modul ini bersama dengan  rekan CGP, fasilitator, Pengajar praktik dan juga instruktur saya menjadi tahu bahwa selama ini saya telah melakukan hal itu dan semakin tahu akan langkah-langkah dalam menerapkan program yang berdampak positif pada murid. 

Salah satu  program yang berdampak positif pada murid yang melibatkan murid yang pernah kami lakukan adalah program pembiasaan keagamaan dipagi hari di hari jum’at, setiap jum’at pagi kami menjadwal murid dengan melibatkan mereka ada yang menjadi pemimpin dalam melantunkan Asma’ul Husna, kemudian melanjutkan dengan solat duha berjama’ah,dan tadarus yang dipimpin oleh murid secara bergantian. Setiap jum’at kegiatan tersebut berganti secara terstruktur. 

Dari program yang telah berjalan tersebut saya melihat sudah baik dalam keterlibatan murid, namun masih harus terus ditingkatkan. Keinginan saya semua murid bisa menunjukkan bakat yang dimilikinya tanpa malu-malu. Baik dengan bermain drama, kultum, bercerita, ataupun dengan hal-hal lain sebagai bentuk penyaluran bakat yang mereka miliki. Saya akan terus berupaya dengan berkolaborasi Bersama rekan guru dan juga anak-anak untuk mewujudkan program ini semakin berkesan pada murid. Karena saya yang menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang bertanggung jawab penuh dengan kegiatan ini, maka saya akan menerapkan ilmu yang saya dapatkan pada modul 3.3 ini dengan harapan segala kegiatan program yang diterapkan disekolah ini membuat dampak positif pada murid.

Yang perlu kita perhatikan dalam penyusunan program adalah harus disesuaikan dengan visi dan misi sekolah yang ada agar program dapat tersusun dan terencana dengan baik. Program yang dilaksanakan sudah sewajarnya memiliki tahapan-tahapan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, rencana tindak lanjut sebagai perbaikan. Perencanaan yang matang akan menetukan keberhasilan dan kesuksesan dari program tersebut. Rencana sebagai langkah awal akan menuntun langkah-langkah selanjutnya yang mengarahkan terhadap pencapaian tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai dari program tersebut. Program harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan patokan dalam melaksanakan program yang akan dijalankan.

Untuk mewujudkan program yang berdampak pada murid, SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi dengan visi SMART  memiliki sumber daya atau aset yang sangat memadai. Mulai dari modal sumber daya manusia, sosial, fisik atau sarana dan prasana, lingkungan atau alam, politik, finansial, agama dan budaya dapat digunakan sebagai penunjang program sekolah yang diharapkan.

Sebagai implementasi dari pemanfaatan tujuh aset yang menunjang pembelajaran, program sekolah yang dibuat harus mempunyai ketentuan menjadi panduan dalam menyusun rencana program tersebut. Salah satu panduan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif melalui tahapan BAGJA, manajemen risiko, dan MELR. Lantas bagaimanakah MELR yang efektif itu?

Menurut saya MELR yang efektif adalah komponen kunci untuk menghasilkan perubahan yang langgeng dan juga untuk mengembangkan perencanaan program yang berhasil. Hal ini sangat membantu untuk membuat keputusan yang lebih baik sebelum, selama, dan setelah implementasi program. Tentunya, agar tujuan yang diharapkan benar-benar sangat mungkin untuk dicapai  bukan sebuah utopia atau mimpi di siang bolong belaka.

Selain materi tentang MELR, dalam modul ini juga dibahas tentang manajemen resiko. Dalam melaksanakan suatu program, resiko pasti ada dan tidak dapat dihindari untuk itu perlu ada pengelolaan resiko. Pengelolan resiko betujuan agar program sekolah yang dilaksanakan minim akan kerugian dan hambatan. Meminimalisir resiko bertujuan agar tujuan program yang sudah ditetapkan dapat tercapai karena keberadaan resiko dapat berdampak terhadap pencapaian tujuan dari suatu program. Terdapat beberapa tipe resiko di lembaga sekolah, di antaranya adalah: (1) resiko strategis, resiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan; (2) resiko keuangan, resiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset; (3) resiko operasional, resiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen; (4) resiko pemenuhan, resiko yang berdampak pada kemampuan proses dan procedural internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; (5) resiko reputasi, resiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.

Tantangan yang paling berat menurut saya yang akan dihadapi dalam menerapkan program ini di SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi tempat saya mengajar adalah mengajar adalah membentuk karakter dan akhlak mulia, karena lingkungan SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi ini berada pada kawasan yang rawan dengan kebobrokan mental diantranya; tawuran, narkoba, pelacuran dan lain sebagainya. Bahkan Depan SDN Kedaung Kaliangke ada jembatan genit yang dikenal oleh warga sebagai tempat mangkal para perempuan pekerja seks komersial (PSK), disinilah fokus kita pada program-program yang berdampak positif pada murid terutama dalam pembentukan karakter dan akhlak mulia.

Materi dalam modul 3.3 ini tentu terkait erat dengan materi yang disampaikan pada modul-modul sebelumnya. Ibarat sebuah aliran sungai modul 3.3 ini merupakan hilir atau muara akhir dimana modul 1 merupakan hulu sungai dan modul 2 adalah bagian tengah sungainya.  Dibagian hulu, gagasan filosofis dari Ki Hajar Dewantara  tentang gambaran ideal  bagaimana pendidikan dan pembelajaran itu dipraktikkan menjadi paradigma yang mesti ditanamkan untuk membawa transformasi pendidikan ke arah lebih baik.

Pada modul 1 juga dibahas tentang  nilai dan peran guru penggerak, visi misi guru penggerak, dan budaya positif. Dalam modul 1,  calon guru penggerak diarahkan agar mampu memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan refleksi-kritis atas korelasi nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini; mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif;  mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan; mengartikulasikan nilai-nilai bersama dari guru penggerak dalam membangun identitas nasional dan memberdayakan komunitasnya; memahami dan menunjukkan kesediaan untuk mempraktikkan peran-peran guru penggerak; menerapkan prinsip-prinsip pengembangan dalam menggerakkan komunitas; mengembangkan visi yang lebih jelas mengenai murid merdeka dan peran pemangku kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid; memetakan strategi untuk mengelola perubahan demi mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan dan komunitas sekolah untuk merealisasikannya; menginisiasi kolaborasi dalam melakukan refleksi berkala dengan melibatkan warga sekolah sebagai dasar untuk melakukan dan mengembangkan budaya positif dalam lingkungan sekolah; memahami bagaimana langkah mewujudkan lingkungan budaya sekolah yang positif bagi aktivitas murid dan guru untuk senantiasa belajar dan mengembangkan karakter; menumbuhkembangkan kemampuan dalam memetakan dan mewujudkan budaya positif di sekolah.

Modul 2 mulai membahas hal-hal teknis terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, dan praktik coaching. Pada modul 2 ini, calon guru penggerak diarahkan untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda; menjadi teladan dalam melakukan praktek-praktek reflektif dalam pembelajaran bagi komunitas pendidik di lingkungan sekitarnya; mengelola aspek sosial dan emosional dalam berperan sebagai guru; menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas; mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach; mampu menerapkan praktik coaching dalam komunitas sekolahnya.

Setelah menelaah materi dari modul 1 hingga modul 2 dapatlah ditarik suatu  benang merah kaitan antara konten materi mulai dari modul 1 hingga modul 3 yakni pembelajaran dan pendidikan yang diselenggerakan di sekolah  diupayakan agar berpusat, berpihak, dan berdampak pada murid dimana guru sebagai seorang pemimpin transformasi pendidikan di level mikro  mengupayakan untuk membangun ekosistem sekolah yang mendukung tumbuh kembang peserta didik baik afektif,  kognitif, dan psikomotorik. Disitulah peran yang dimiliki oleh guru penggerak, yakni berupaya untuk melakukan terobosan, inovasi, dan transformasi pembelajaran dan pendidikan melalui membangun ekosistem sekolah yang kondusif dengan memanfaatkan secara jeli sumber daya yang ada dan  dimiliki oleh sekolah.  

Pemetaan akan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk memudahkan dalam melihat daya dukung sekolah ketika kita akan merancang suatu program sekolah yang berdampak pada murid. Perencanaan program sekolah yang mempertimbangkan daya dukung yang dimiliki memungkinkan program tersebut dapat terwujud. Bagaimanapun juga, perencanaan program yang terbaik adalah perencanan yang paling mungkin untuk dapat diwujudkan. Untuk itu, dalam hal ini pemetaan sumber daya dan daya dukung ekosistem  sekolah sangat relevan untuk memudahkan dalam merencanakan suatu program yang berdampak pada murid  yang berciri khas sekolah.

Sejatinya, seperti yang sudah saya ilustrasikan sebelumnya bahwa  materi pada modul 3.3 ini sangat berkaitan erat dengan modul-modul lainnya yang sebelumnya sudah dipelajari. Menurut penulis, jika pendidikan guru penggerak ini ditamsilkan sedang berada pada suatu kendaraan  yang sedang berjalan,  tujuan perjalanan kita adalah memerdekan murid yakni murid yang berprofil Pancasilais (beriman & bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri),  rambu-rambu utamanya adalah gagasan filosofis Ki Hajar Dewantara, dan  penuntunnya adalah teori-teori praktis yang terdapat pada modul 1.2 hingga 3.3. Pada modul 3.3 ini kita ditekankan agar mampu mempraktikkan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Untuk membantu dalam mempraktikkan pengelolaan program sekolah,  sudah diberikan suatu tools secara khusus pada modul-modul sebelumnya,  khususnya modul 1.3 tentang inkuiri apresiatif melalui tahapan  BAGJA, serta modul 3.2 tentang pemimpin pengelolaan sumber daya.

Materi-materi yang diberikan pada pendidikan guru penggerak ini sangat membantu saya  sebagai calon guru penggerak  dalam program merdeka belajar yang akan berperan sebagai: teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan di sekolah; pelatih bagi guru lain untuk mengkreasi pembelajaran yang berpusat pada murid; guru yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, guru yang senantiasa aktif mengembangkan diri, pengajar kreatif, dan motivato dan fasilitator bagi peningkatan prestasi akademik murid. Mempelajari dan mengikuti rangkaian kegiatan dalam program pendidikan guru penggerak merupakan bekal berharga bagi penulis untuk melakukan aksi nyata perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk ekosistem pendidikan di sekolah. 


Komentar

Postingan Populer