Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya
KONEKSI ANTAR
MATERI MODUL 3.2
PEMIMPIN DALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Oleh: Muh. Minan, M.Pd
Ekosistem
merupakan tata interakasi antara mahkluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam
sebuah lingkungan. Ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling
menunjang pada sebuah lingkungan tertentu. Sekolah sebagai suatu ekosistem
pendidikan yang didalamnya terdapat komponen hidup (biotik) dan tak hidup
(abiotik) satu sama lain saling berkontribusi, berkaitan dan saling
berinteraksi dalam konteks kelangsungan penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan di level mikro. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem
sekolah di antaranya adalah : (1) peserta didik ; (2) kepala sekolah; (3) guru;
(4) staf/tenaga kependidikan; (5) pengawas sekolah; (6) orang tua peserta
didik; dan (7) masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang
sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik juga memiliki kontribusi untuk
kelangsungan proses pendidikan di sekolah, di antaranya adalah: (1) keuangan;
(2) sarana dan prasarana sekolah.
Untuk
menggerakkan seluruh komponen biotik dan abiotik dalam komunitas sekolah
dibutuhkan keunggulan dalam pengelolaan sumber daya. Sumber daya adalah
suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi
juga non-fisik (intangible).
Dalam
konteks ini, peranan pemimpin sangat esensial dalam melihat potensi dan
menggerakkan sumber daya yang dimiliki. Substansi kepemimpinan adalah pengaruh,
orang yang piawai memengaruhi orang lain atau komunitas sekolah, sejatinya
adalah pemimpin di komunitas tersebut. Seorang guru adalah pemimpin dihadapan
peserta didiknya karena ia adalah sosok yang berpengaruh dihadapan
peserta didiknya. Seorang guru penggerak setidaknya harus memiliki beberapa
kompetensi yang melekat dalam dirinya, di antaranya adalah: (1) mengembangkan
diri dan orang lain; (2) memimpin pembelajaran (3) memimpin dalam pengembangan
sekolah; dan (4) memimpin manajemen sekolah.
Kepiawaian
dalam pengelolaan sumber daya yang tepat dalam konteks pembelajaran bagi
seorang guru akan membantu proses pembelajaran peserta didik lebih berkualitas.
Untuk itu, langkah awal sebelum melakukan kegiatan pembelajaran bersama peserta
didik sangat diperlukan teruatama untuk mengetahui titik temu harapan dan
keinginan ideal dari peserta didik. Menggali harapan dan keinginan bersama dari
peserta didik sangat penting untuk menggkoordinasikan dan memobilisasi sumber
daya yang dimiliki oleh sekolah.
Pendekatan
berbasis kekurangan akan fokus pada yang mengganggu atau yang kurang atau yang
tidak berfungsi. Segala sesuatu akan dilihat dari sudut pandang negatif. Pendekatan
berbasis aset merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif
dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Kita
diajak fokus pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi
kekuatan atau potensi yang positif. Ada 7 aset/modal utama sebuah komunitas,
yaitu:
1.
Modal
Manusia (Pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan)
2.
Modal
Sosial (Norma dan aturan, kepercayaan, dan jaringan)
3.
Modal
fisik (bangunan dan sarana prasarana)
4.
Modal
lingkungan/alam
5.
Modal
finansial
6.
Modal
politik
7.
Modal
agama dan budaya
Kaitan
Modul 3.2 dengan Materi pada Modul Sebelumnya
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu
mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan
murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang
berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat
alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan
minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani
kehidupannya.
Materi modul 3.2 juga berkaitan dengan modul 1.2 tentang
nilai dan peran guru penggerak dan modul 1.3 tentang visi guru
penggerak karena melalui visioning yang kuat seorang guru penggerak akan mampu
mengupayakan penyelarasan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga
kelemahan suatu ekosistem sekolah menjadi tidak relevan lagi, melainkan lebih
terfokus pada kekuatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Inkuiri
apresiatif dengan pendekatan BAGJA sangat relevan untuk melakukan perubahan
sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk
melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara
konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun
berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif.
Adapun kaitannya modul ini dengan Modul Pembelajaran
Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan Coaching adalah Dalam melaksanakan
pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai
dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang
dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang
dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.
Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita
kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa.
Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa,
sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat
memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang
dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat
berkembang dengan maksimal.
Yang terakhir, kaitannya modul ini dengan modul 3.1 tentang Pengambilan
Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, yaitu pada modul ini seorang pemimpin
sudah mempelajari bagaimana caranya mengambil sebuah keputusan dengan
sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang
harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber
daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.
Sebelum dan
sesudah mempelajari modul ini:
Sebelum mempelajari modul ini, saya memiliki paradigma
deficit based asset artinya saya melihat ekosistem sekolah dalam sudut pandang
kelemahan sehingga keunggulan atau potensi yang ada seolah
tertutupi. Hal ini mengakibatkan saya mengalami kesulitan dalam memobilisasi
sumber daya yang ada untuk kepentingan pembelajaran peserta didik karena saya
lebih sering terfokus pada masalah yang dihadapi. Setelah mempelajari modul 3.2
ini, perspektif saya ternyata selama ini keliru. Untuk melakukan transformasi
pendidikan di sekolah pendekatan asset based community development merupakan
langkah terbaik dan lebih relevan karena berfokus pada kekuatan yang
dimiliki dalam ekosistem sekolah sehingga memudahkan untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, dan melaksanakan rencana aksi transformasi
pendidikan yang berpihak pada peserta didik untuk mewujudkan pelajar yang
berprofil pancasila. Untuk itu, modul 3.2 ini sangat penting untuk dipelajari dan berkaitan erat dengan modul-modul sebelumnya guna mewujudkan cita-cita kita membentuk pendidikan merdeka belajar.
Komentar
Posting Komentar