Oleh: Muh. Minan, M.Pd
PEDOMAN PENILAIAN PRAKTIKUM:A. A. Mengenal Praktikum di SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi
Di SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi setiap Jum’at pagi diadakan pembiasaan peribadatan, dimana anak-anak dibiasakan untuk wudhu, solat duha bersama, tadarus dan melakukan penampilan. Hal ini agar membiasakan siswa-siswi SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi lebih relegius dan ta’at dalam beribadh, selain diadakan pembiasaan peribadatan dihari Jum’at, SDN Kedaung Kaliangke 01 Pagi juga mengadakan Praktikum pengamalan ibadah setiap akhir semester. Praktikum pengamalan ibadah adalah praktikum diselenggarakan untuk penguatan spirituality, yaitu meningkatkan sikap, pemahaman, ketrampilan dan pengamalan siswa-siswi tentang amal-amalan ibadah. Materi Pengamalan Ibadah yaitu:
- Praktik Wudhu
- Praktik Sholat
- Monitoring Solat Tarawih
- Praktik Membaca dan Menghafal Al-Qur’an
- Praktik Bercerita
B. Peserta Praktikum
Semua Praktikum ini harus dilakukan oleh siswa-siswi mulai dari kelas 1 hingga kelas sesuai dengan materi tingkatan kelasnya. Terkhusus praktikum ini dilakukan oleh siswa-siswi kelas 6 sebagai syarat ujian praktik.
MATERI BACAAN:
Al-Qur’an menjelaskan bahwa wali Allah adalah orang yang beriman
dan bertakwa. Di samping melakukan hal-hal yang wajib, para wali
Allah senantiasa melakukan hal-hal yang sunah serta menjauhi hal-hal
yang makruh. Allah Swt. berfirman;
أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ
يَحۡزَنُونَ ٦٢ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَكَانُواْ يَتَّقُونَ ٦٣
Artinya:
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertakwa.” (Q.S Yµnus/10: 62-63)
Keimanan para wali Allah tidak sekadar pengakuan, tetapi
keimanan mereka menghasilkan ketakwaan. Mereka melakukan apa
yang diperintah oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Mereka tidak hanya melakukan hal-hal yang diwajibkan aga
ma, tetapi
juga menjalankan amalan-amalan sunah. Mereka menghindari perkara
yang makruh dan menjauhi perkara yang diharamkan Allah.
Walisongo berasal dari kata Wali adalah "orang yang
dipercaya" atau "orang yang ditugaskan" sedangkan kata Sanga
dalam (bahasa
Jawa: Songɔ) berarti sembilan. Dengan demikian, istilah ini sering
diterjemahkan sebagai "Sembilan Wali". Setiap anggota Walisongo saling dikaitkan dengan gelar Sunan dalam
bahasa Jawa, konteks ini berarti "terhormat".
Nama-nama 9 wali tersebut adalah:
- Sunan
Ampel atau Raden Rahmat
- Sunan
Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
- Sunan
Drajat atau Raden Qasim
- Sunan
Kudus atau Ja'far Shadiq
- Sunan
Giri atau Raden Paku atau 'Ainul Yaqin
- Sunan
Kalijaga atau Raden Syahid
- Sunan
Muria atau Raden Umar Said
- Sunan Gunung
Jati atau Syarif Hidayatulla
Maulana Malik Ibrahim disebut juga
Sunan Gresik atau Sunan Tandhes. Ia lahir di
Samarkand, Asia Tengah dan wafat di Desa
Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Kisah keteladanannya adalah semangatnya mendakwahkan Islam. Sunan Gresik
banyak membela rakyat (Jawa) yang tertindas
oleh Majapahit. Ia juga mengajarkan caracara baru bercocok tanam.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat
dianggap sebagai sesepuh oleh para wali
lainnya. Makam Sunan Ampel terletak di
dekat Masjid Ampel, Surabaya.
Kisah keteladanan yang menarik adalah
ketika Sunan Ampel berdakwah kepada
Prabu Brawijaya. Meskipun akhirnya tidak
memeluk agama Islam, Prabu Brawijaya
terkesan dengan ajaran agama Islam sebagai
ajaran budi pekerti yang mulia. Sunan Ampel
mengajarkan falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud dengan Moh
Limo adalah tidak mau melakukan lima perbuatan tercela, yaitu:
(1) main (berjudi)
(2) ngombe (mabuk-mabukan)
(3) maling (mencuri)
(4) madat (menghisap candu atau ganja)
(5) madon (berzina)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel
dan sekaligus muridnya. Ia wafat pada tahun
1525.
Kisah keteladanannya adalah cara
berdakwahnya yang bijak. Sunan Bonang
sering menggunakan kesenian rakyat untuk
menarik simpati mereka. Ia memasukkan alat
musik bonang pada seperangkat alat musik
gamelan. Oleh karena itu, ia dikenal dengan
sebutan Sunan Bonang. Sunan Bonang juga
penggubah Suluk Wijil dan Tembang Tombo
Ati.
Sunan Drajat juga putra Sunan
Ampel. Ia diperkirakan wafat pada
1522. Pesantren Sunan Drajat dijalankan
di Desa Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan, Jawa Timur.
Kisah keteladanannya adalah
cara dakwahnya yang menekankan
keteladanan dalam hal perilaku yang
terpuji, kedermawanan, kerja keras, dan
peningkatan kemakmuran masyarakat
sebagai pengamalan agama Islam. Sunan Drajat juga berdakwah melalui
kesenian. Tembang Macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya.
Sunan Kudus adalah putra Sunan
Ngudung atau Raden Usman Haji.
Ia memiliki peran yang besar dalam
pemerintahan Kesultanan Demak. Ia
menduduki posisi sebagai panglima
perang, penasihat Sultan Demak, dan
hakim peradilan negara.
Sunan Kudus banyak berdakwah di
kalangan kaum penguasa dan priyayi
Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya adalah Sunan Prawata
penguasa Demak dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah
satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Menara Kudus. Sunan
Kudus wafat pada tahun 1550.
Sunan Giri adalah putra Maulana
Ishaq. Ia termasuk murid Sunan Ampel
dan seperguruan dengan Sunan Bonang.
Salah satu keturunannya adalah Sunan Giri
Prapen yang menyebarkan agama Islam ke
wilayah Lombok dan Bima. Sunan Giri sangat berjasa mendakwahkan Islam di Jawa bahkan
sampai ke wilayah timur Indonesia. Ia pernah menjadi hakim dalam
perkara Syeh Siti Jenar. Ia pun juga berdakwah melalui kesenian.
Tembang Islami untuk dolanan anak-anak diciptakannya, seperti
Jamuran, Jithungan dan Delikan.
Sunan Kalijaga adalah putra Adipati
Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid
Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia
adalah murid Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga juga menggunakan
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah, seperti wayang kulit
dan tembang suluk. Tembang suluk Ilirilir dan Gundul-gundul Pacul juga dianggap sebagai hasil karyanya.
Sunan Muria atau Raden Umar Said
adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah
adik ipar Sunan Kudus. Tempat tinggalnya
di Gunung Muria yang letaknya di sebelah
utara kota Kudus, Jawa Tengah.
Seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, ia
berdakwah dengan cara lembut. Kesenian
gamelan dan wayang tetap digunakannya
sebagai alat berdakwah. Sunan Muria
menciptakan tembang Sinom dan Kinanti. Sasaran dakwahnya, para
pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata.
Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin. Ia berjasa mengembangkan
Cirebon sebagai pusat dakwah dan
pemerintahannya yang kemudian menjadi
Kesultanan Cirebon. Anaknya yang
bernama Maulana Hasanuddin juga
berhasil mengembangkan kekuasaan dan
menyebarkan agama Islam di Banten
sehingga kemudian menjadi Kesultanan
Banten.
Sunan Gunung Jati memberikan keteladanan yang baik dalam
bekerja. Ia sering ikut bermusyawarah dengan para wali lainnya di
Masjid Demak. Pada pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa
(1480), Sunan Gunung Jati melibatkan banyak pihak, termasuk para
wali lainnya dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.
~ Selamat Membaca ~
FORMAT PENILAIAN PRAKTIK BERCERITA SDN KEDAUNG KALIANGKE 01 PAGI
|
No.
|
NAMA
|
PENILAIAN
|
Total Skor
(100)
|
|
Mental/Keberanian
(25)
|
Kelancaran
Berbicara
(25)
|
Gerak dan
Mimik Muka
(25)
|
Konten (Isi
Ceita)
(25)
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
saya jadi tau tentang perjalanan dan dakwah wali dan kita tau bagaimana wali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa walaupun cara dakwah dan penyebaran agama Islam dengan cara yg berbeda dan kita dapet mengambil hikmah dari keteladanan wali songo
BalasHapus